Jumat, 27 Juni 2014

S2 Fitoforensik: Progress Tesis

Alhamdulillah berkat doa rekan-rekan semua sidang progress pada hari Rabu tanggal 18 Juni 2014 (20 Sya'ban 1435 H) pukul 15.00-16.30 di Ruang 201 TL ITS, berjalan dengan lancar.
Dimana semester yang lalu telah dijalani sidang proposal pada hari Rabu  tanggal 16 Oktober 2013 (11 Dzulijjah 1434 H) pukul 8.00-09.30 di Ruang Sidang TL ITS.

Buat semuanya terima kasih atas saran-masukan, komentar dan jempolnya

Semoga sidang akhir tesis juga terlaksana secepatnya dan berjalan dengan lancar... Amin.

Minggu, 25 Mei 2014

KTI 13-15 Arec

Pemutakhiran Data dan Peta Kebun Koleksi Arecaceae di Kebun Raya Purwodadi

 
Abstrak - Kebun Raya Purwodadi merupakan lembaga konservasi tumbuhan ex-situ, spesifik pada konservasi tumbuhan tropis dataran rendah kering di Indonesia. Salah satu koleksi tumbuhan Kebun Raya Purwodadi adalah suku Arecaceae (palem). Arecaceae memiliki keanekaragaman jenis yang sangat tinggi di Indonesia, dimana Indonesia merupakan pusat keanekaragaman jenis Arecaceae di dunia. Selain itu sebagian jenisnya telah dikenal memiliki banyak kegunaan, dari bahan bangunan, bahan makanan, sumber minyak, sumber energi, kerajinan, tanaman hias, tanaman obat sampai tanaman konservasi lingkungan. Kepunahan merupakan ancaman keanekaragaman tumbuhan yang disebabkan berbagai faktor. Sehingga diperlukan upaya konservasi untuk mempertahankan kelestariannya. Kebun Raya Purwodadi saat ini memiliki koleksi tanaman 1.925 jenis dari 175 suku. Dimana koleksi suku Arecaceae tercatat 367 spesimen tanaman, 93 jenis, dari 54 marga, yang terbagi dalam 7 vak (lokasi tanam di kebun) seluas 2,03 ha dari 85 ha luas Kebun Raya Purwodadi. Namun pengelolaan koleksi suku Arecaceae sebelumnya (tahun 2007) masih mengunakan buku dan peta kebun secara manual sederhana. Oleh karena itu untuk mempermudah pengelolaan data koleksi (khususnya suku Arecaceae) dipergunakan database dalam bentuk BG record (Botanical Garden Recorder) dan peta digital dalam bentuk data spasial berbasis GIS (Geografic Information System). Proses pemutakhiran data dan peta koleksi suku Arecaceae dilakukan dari 2007 s/d 2010. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan upaya pemutakhiran koleksi suku Arecaceae. Hasilnya berupa database tumbuhan koleksi suku Arecaceae yang terdokumentasi dalam BG record (Ms Access) dan peta lokasi tanam/vak koleksi suku Arecaceae secara digital (ArcView).


Katakunci: Pemutakiran data dan peta, suku Arecaeae, Kebun Raya Purwodadi.

Sabtu, 24 Mei 2014

KTI 13-14 Fito

Plant Diversity for Environmental Problem Solution

Abstract - Indonesia is a country that has a high biodiversity, but conservation of plant species is increasingly concerned. Indonesia Botanic Gardens is an institution of ex-situ plant conservation that activities aimed to conservation, research, education, tourism, and environmental services. The main characteristics of botanic garden is a plants collection and supporting collection with its documentation. Currently Purwodadi Botanic Garden, one of the Indonesian Botanic Gardens has a collection of 11,748 specimens, 1,925 species, 928 genera and 175 families. The collection manifestation of the conservation efforts  and understanding people awareness of the importance of plant diversity that we have. On the other hand, the development that ignored environmental aspect, impact on increasing the quality and quantity of various pollution. Concepts that focus on plants roles in natural technology framework to solve environmental problems known as phytotechnology. Phytotechnology can apply for: wastewater treatment, waste management, environmental remediation of contaminated, and urban environmental quality management. This paper aims to describe the plants diversity to environmental problem-solving. Such as: rehabilitation of land erosion with plants that have a particular root, water conservation with a plant that has a canopy that efficiently store water, air and noise pollution control to the plant that has some form and leaf tightly, water pollution with a aquatic plants diversity, the arrangement of green spaces such as the urban forest by planting diversity of plant species with stratification levels and diverse benefits (as: fruit, ornamental and wildlife habitat). The reference plants choices in environmental management should be a native plant from Indonesia, has conservation function and other potential, and morphologic habitus appropriate with their use from leaf shape, branch type, cover canopy and root architecture.

Keywords: Plant, Botanic Garden, Environment.

Senin, 19 Mei 2014

KTI 13-13 RTH

Perhitungan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Teknik Lingkungan - ITS Surabaya

Abstrak - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merupakan perguruan tinggi di Surabaya yang ternama dan terkemuka di Indonesia. ITS melalui eco-campus dapat menjadi contoh dalam pengelolaan lingkungan untuk kampus lain. Teknik Lingkungan (TL) merupakan salah satu jurusan di Kampus ITS yang selama tiga tahun berturut-turut menjadi pemenang eco-campus di Surabaya (tahun 2010, 2011 dan 2012). Pada area TL ini memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang secara sengaja ditanami vegetasi disekitarnya untuk memenuhi fungsi ekologis, ekonomis, ekstetis dan edukatif yang sangat mendukung perkuliahan. Dalam penelitian ini digunakan studi kasus pada Jurusan TL - ITS dalam menghitung kecukupan RTH berdasarkan luas area TL dan jumlah manusia yang beraktivitas didalamnya. Dari hasil perhitungan masih terdapat kecukupan vegetasi dalam RTH yang dimiliki jurusan TL kampus ITS Surabaya, dimana memiliki 80% luasan ruang terbuka hijau. Sehingga apabila dilihat kemampuan daya serap tumbuhan terhadap aktivitas manusia didalamnya hanya memerlukan 5%.

Katakunci: Ruang Terbuka Hijau, Teknik Lingkungan, Kampus ITS

Kamis, 15 Mei 2014

KTI 13-12 Fito


Kajian Biodiversitas dan Fitoremediasi Tumbuhan Air di Kampus ITS Surabaya

Abstrak - Pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai jenis pencemaran. Konsep yang memusatkan peran tumbuhan dalam kerangka teknologi alami untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dikenal dengan Fitoteknologi. Dalam fitoteknologi proses penyerapan, pengambilan, pengubahan dan pelepasan zat pencemar oleh tumbuhan disebut fitoremediasi. Teknologi fitoremediasi ini cukup sederhana, ekonomis, ekologis dan estetis dalam penyelesaian permasalahan lingkungan. Mengingat secara geografis kawasan kampus ITS memiliki biodiversitas yang spesifik, baik tumbuhan dan hewan. Maka kajian yang bertujuan mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai biodiversitas tumbuhan di kawasan kampus ITS dan jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai fitoremediasi dalam penelitian di kampus ITS menarik dilakukan. Hasil yang diharapkan berupa pelestarian biodiversitas tumbuhan air di daerah sekitar dan dapat dimanfaatkan langsung dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan berkelanjutan. Tercatat 36 jenis dari 10 publikasi mengenai biodiversitas tumbuhan di kampus ITS dimana hanya 4 jenis yang tumbuhan air yaitu: Pistia stratiotes, Nymphaea nauchali, Ipomea aquatica dan Eichornia crassipes. Sedangkan dari 42 penelitian di kampus ITS mengenai fitoremediasi tercatat 16 jenis tumbuhan, dimana hanya 5 jenis yang sering digunakan seperti: Eichornia crassipes, Salvinia molesta, Pistia stratiotes, Canna edulis, dan Typha longifolia. Sehingga jika dilihat dari luas kawasan bervegetasi di kampus ITS dan hasil penelitian pemulihan lingkungan dengan tumbuhan, maka kemungkinan masih terdapat biodiversitas tumbuhan air yang belum terinventarisasi dan berpotensi sebagai fitoremediasi lingkungan.

Katakunci: Biodiversitas, Tumbuhan Air, Fitoremediasi, Fitoteknologi, Kampus ITS.

Sabtu, 10 Mei 2014

KTI 13-11 Arec

Peran Nipah sebagai Vegetasi Kunci, Habitat Burung dan Penyebarannya di Sungai Ketinggan Sidoarjo


Abstrak - Nipah (Nypa fruticans) termasuk dalam suku Arecaceae (palem) yang hidup pada kawasan mangrove. Mangrove adalah tipe ekosistem yang khas dan terdapat di daerah pantai tempat pertemuan muara daratan dan lautan.  Seperti halnya tumbuhan Arecaceae lainnya, yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi di Indonesia, juga memiliki berbagai potensi yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat, nipah juga diketahui memilki beragam potensi sebagai pemanis, bahan makanan, bahan minuman, bahan bakar dan bahan kimia. Namun selain itu vegetasi ini dalam ekosistem mangrove dijumpai berperan penting sebagai keyspecies/vegetasi kunci dari habitat burung pantai. Sehingga peran penting nipah sebagai habitat burung perlu diungkapkan beserta dengan penyebarannya di sepanjang sungai Ketingan - Sidoarjo menarik untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif deskriptif selama Maret 2013. Hasil tercatat 41 titik sebaran Nypa fruticans yang sering dijumpai pada sepanjang tepi sungai yang bermuara ke laut.
Kata Kunci: Mangrove, Palem (Arecaceae), Vegetasi kunci, Nipah (Nypa fruticans), Ketinggan - Sidoarjo.

Minggu, 20 April 2014

KTI 13-10 Fito

Kajian Pemanfaatan Makrofita Untuk Pengolahan Limbah Cair Domestik

Abstrak - Pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di perkotaan mengakibatkan peningkatan aktivitas di berbagai sektor, baik sektor industri, perumahan, perdagangan, dan sektor lainnya. Hal ini diiringi oleh peningkatan jumlah limbah cair yang dihasilkan sehingga menuntut adanya pengolahan limbah cair yang lebih baik. Limbah cair yang dominan masuk dalam badan air/sungai adalah limbah cair domestik. Sekitar 75% bagian dari limbah cair domestik adalah grey water. Sedangkan pengolahan limbah cair domestik (grey water) saat ini belum dilakukan secara optimal. Limbah cair domestik memiliki kandungan organik yang tinggi. Apabila limbah cair tidak dikelola secara baik akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan, kesehatan dan kehidupan, baik manusia dan organisme yang ada didalamnya. Teknologi pengolahan limbah cair secara biologis dengan memusatkan peran tumbuhan dikenal dengan Fitoteknologi. Penggunaan makrofita (tumbuhan air) dalam lahan basah (wetland) merupakan alternatif dalam pengolahan limbah cair domestik. Sehingga pemanfaatan makrofita untuk menyisihkan kandungan pada limbah cair domestik dengan sistem Constructed Wetland sangat tepat, karena pengoperasian dan penerapannya tidak membutuhkan biaya tinggi, mudah dan sederhana. Sistem ini disebut juga Greywater Garden yang memanfaatkan simbiosis mikroorganisme dengan tumbuhan. Hanya beberapa jenis makrofita yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair, seperti: Eichornia crassipes, Salvinia molesta, Pistia stratiotes, Canna edulis, dan Typha longifolia. Dimana eceng gondok yang paling sering digunakan karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan efisiensi removal yang tinggi, sehingga banyak penelitian dalam optimalisasi pemanfaatannya. Namun mengingat kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia, dengan daerah lahan basah alami yang spesifik dan beragam. Sehingga tidak menutup kemungkinan banyak jenis makrofita yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai keanekaragaman jenis makrofita yang digunakan dalam 42 penelitian, dimana hanya 5 jenis yang sering dipakai. Sedangkan terdapat 400 jenis dalam teknologi fitoremedasi, dimana baru 15 jenis lain diantaranya merupakan koleksi Kebun Raya Purwodadi. Sehingga masih banyak lagi keanekaragaman jenis makrofita di alam yang belum diketahui dan dimanfaatkan potensinya sebagai pengolah limbah.
Kata Kunci: Pemafaatan, Makrofita, Constructed Wetland, Limbah Cair Domestik.

Jumat, 18 April 2014

KTI 13-09 Fito

Pemetaan Sumber Ekotoksikologi dan Potensi Fitostruktur di Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

Abstrak - Manusia merupakan bagian dari alam dan berinteraksi dengan lingkungan alam sepanjang hidupnya. Seiring dengan peningkatan populasi dan aktivitas manusia menyebabkan lingkungan alam tidak mampu melakukan self-purification sehingga terjadilah pencemaran. Pencemaran udara, air, dan tanah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang tidak dapat dihindari Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang semakin padat penduduk. Kecamatan Gubeng merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kota Surabaya. Aktivitas masyarakat dalam wilayah tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran yang bersifat toksik terhadap lingkungan. Sehingga dapat merugikan dan mengancam kesehatan masyarakat disamping merusak lingkungan dan menganggu ekosistem alami. Kajian ekotoksikologi melihat efek negatif, mencakup kinetika zat dalam lingkungan dan dinamika zat dalam makhluk hidup. Sedangkan fitostruktur menempatkan tumbuhan sebagai pembentuk struktur ekosistem wilayah, yang meninjau luas dan sebaran ruang terbuka hijau sebagai penyerap pencemar hasil aktivitas manusia. Makalah ini bertujuan melakukan pemetaan sumber ekotoksikologi di Kec Gubeng Kota Surabaya dan peran fitostruktur yang terdapat di wilayah tersebut sebagai upaya pemulihan (recovery) lingkungan terhadap pencemaran yang bersumber dari udara, air dan tanah. Sumber ekotoksikologi dipetakan sebagai berikut: pencemaran udara bersumber dari kendaraan yang terkonsentrasi pada 5 titik jalan arteri, pencemaran air bersumber dari buangan domestik yang berakhir pada 5 sungai, dan pencemaran tanah yang cederung di tempat dan bersumber dari resapan tangki septic pemukiman. Dari hasil pengamatan tercatat 14 sumber pencemar di Kec. Gubeng dengan analisa paparan konsentrasi zat pencemar di suatu wilayah mengunakan model RLTEC. Sedangkan pemetaan fitostruktur berupa RTH di Kec. Gubeng terdapat 8 titik lokasi, yang berupa taman kota, taman makam dan jalur hijau pada tepi jalan dan sepadan sungai.
Kata Kunci: Pemataan, Ekotoksikologi, Fitostruktur, Kec. Gubeng, Surabaya.

Sabtu, 05 April 2014

KTI 13-08 Fito

Pemetaan Hidrofita dan Potensi Fitoremediator Koleksi Kebun Raya Purwodadi

Abstrak - Kebun Raya Purwodadi sebagai lembaga konservasi ex-situ dengan koleksi tumbuhan yang terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasinya, dengan tujuan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Saat ini Kebun Raya Purwodadi memiliki koleksi sejumlah 11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan 175 suku. Salah satu tumbuhan koleksi yang menarik adalah hidrofita. Hidrofita / tumbuhan air ini dikenal sebagai tanaman hias karena bentuk, warna daun maupun bunganya yang indah, dan pengisi elemen dalam tatanan kolam taman. Selain memiliki nilai estetika, hidrofita juga memiliki kemampuan dalam memulihkan lingkungan. Upaya menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan memusatkan peran tumbuhan dalam kerangka teknologi disebut Fitoteknologi. Sedangkan proses yang dilakukan tumbuhan dalam menyerap, mengambil, dan mengubah zat kontaminan menjadi berkurang kadarnya, atau menjadi tidak berbahaya, bahkan menjadi bahan yang dapat digunakan kembali oleh tumbuhan disebut fitoremediasi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memetakan koleksi hidrofita di Kebun Raya Purwodadi dan menjelaskan potensi setiap jenis hidrofita tersebut sebagai fitoremediator. Tercatat 15 jenis hidrofita koleksi Kebun Raya Purwodadi, yaitu: Acanthus ilicifolius, Acanthus montanus, Acorus calamus, Ceratopteris thalictroides, Cyperus papyrus, Echinodorus radicans, Ipomoea aquatica, Lasia spinosa, Nelumbo nucifera, Neptunia plena, Nymphaea sp., Oryza minuta, Sagittaria lancifolia, Thalia geniculata, Typha angustifolia, dan Coix lacryma-jobi. Hidrofita tersebut terpetakan pada 5 vak, yaitu: I.D.I, II.A.I, III.B, XII.G, XIV.G, dan XXV.B.

Kata Kunci: Pemetaan, Hidrofita, Fitoremediator, Kebun Raya Purwodadi. 

Kamis, 03 April 2014

KTI 13-07 Fito

Kajian Hutan Kota dan Kecukupan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Kota Surabaya

Abstrak - Surabaya sebagai kota metropolitan, dan merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur serta kota terbesar kedua di Indonesia, yang memiliki perkembangan pembangunan sangat pesat. Hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Sehingga pemerintah kota Surabaya perlu berperan dalam penataan ruang dan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan. Ditambah lagi pertumbuhan penduduk kota beserta segala aktivitasnya, sangat berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan lahan. Dimana ketersediaan lahan kota tidak pernah bertambah. Sehingga keberadaan Hutan Kota sebagai paru-paru kota memang sangat dibutuhkan sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH)  yang memiliki manfaat penting bagi kelangsungan kota. Sesuai dengan UU 26/2007 bahwa luas RTH yang ideal paling sedikit 30% dari luas wilayah. Dimana RTH Kota Surabaya saat ini masih belum mencukupi. Ketidakcukupan RTH tersebut menghasilkan permasalahan lingkungan maupun sosial. Mengingat fungsi dan manfaat RTH tersebut dalam memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan yang baik, maka penelitian ini menarik untuk dilakukan. Dalam makalah ini berisi kajian hutan kota dan kecukupan RTH di kota Surabaya, dengan salah satu contoh hutan kota ITS.
Kata Kunci: Hutan Kota, Ruang Terbuka Hijau, Kota Surabaya. 

Selasa, 01 April 2014

KTI 13-06 Arec

Penyebaran Nipah (Nypa fruticans) dan Potensinya di Kawasan Mangrove Wonorejo Surabaya

Abstrak - Nipah adalah sebutan umum untuk jenis palem (Nypa fruticans) yang hidup pada ekosistem mangrove. Mangrove adalah tipe ekosistem yang khas dan terdapat di daerah pantai tempat pertemuan muara daratan dan lautan. Nypa fruticans termasuk dalam suku Arecaceae (palem). Tumbuhan Arecaceae selain memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi di Indonesia, juga memiliki berbagai potensi yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebun raya sebagai lembaga konservasi tumbuhan ex-situ memiliki koleksi Arecaceae. Hasil inventarisasi jenis Arecaceae yang telah dikoleksi Kebun Raya Indonesia (Bogor, Cibodas, Purwodadi dan Bali) tercatat sebanyak 520 jenis, 446 marga dan 2140 spesimen yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Namun jika dilihat koleksi Nypa fruticans hanya berada di Kebun Raya Bogor. Oleh karena itu diperlukan studi awal jenis Nipah yang diharapkan dapat menambah koleksi Arecaceae di Kebun Raya Purwodadi. Sehingga studi penyebaran Nipah (Nypa fruticans) yang ada di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya perlu dilakukan. Kawasan mangrove Wonorejo terletak di Pantai Timur Surabaya dan merupakan daerah ekowisata. Namun, data dan informasi yang terkait dengan keanekaragaman hayati masih sangat terbatas, salah satunya tumbuhan Nipah. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif deskriptif selama November 2012. Hasil tercatat hanya 10 titik sebaran Nypa fruticans pada kawasan mangrove Wonorejo seluas 224 ha, dikarenakan sebagian besar berupa lahan tambak. Nipah seharusnya dijumpai pada zonasi terakhir dari vegetasi mangrove, namun karena kawasan mangrove Wonorejo telah terfragmentasi maka dijumpai pada sepanjang tepi sungai yang bermuara ke laut, dengan jumlah sedikit dan kisaran jarak pada 1-4 km dari laut (1-20 m.dpl). Selain itu Nipah juga diketahui sebagai pemanis, bahan makanan dan minuman, serta berpotensi sebagai bahan bakar dan bahan kimia.

Kata Kunci: Nipah, Nypa fruticans, Mangrove Wonorejo - Surabaya. 

Kamis, 27 Maret 2014

KTI 13-05 Fito

Study of Plants Selection in Wastewater Garden for Domestic Waste Water Treatment

Abstract - Characteristics of domestic wastewater contains a lot of organic material. The alternative wastewater treatment systems can used  biological wastewater as a primary choice. Technology of biological wastewater treatment system that more economic and ecologic is Wastewater Garden (WWG). Besides being used as a wastewater treatment plant, WWG planted an ornamental aquatic plants. Therefore wastewater treatment give aesthetic value as a garden. Every species of aquatic plant in diversity have different abilities in absorb, accumulate and transform of organic contaminants contain in the domestic wastewater. For example, species Cyperus alternifolius have reasonably good performance in domestic wastewater treatment. The purpose of this paper is to selected the ornamental aquatic plants are suitable for, effective and efficient if applied in wastewater garden and describe of domestic wastewater after treatment are used. The composition of plants that can be applied to wastewater garden are Eichornia crassipes, Pistia stratoites, Scirpus grossus, Echinodorus paleafolius, Nymphaea ‘firecrest’, Typha angustifolia, Cyperus alternifolius, and Equisetum hyemale. Output of the wastewater garden can be used for watering plants, washing vehicles and as a household water supply.

Index Terms: Domestic wastewater, constructed wetland, wastewater garden

Rabu, 26 Maret 2014

KTI 13-04 Biji

Purwodadi Botanic Garden Seed Conservation through Research and Management

Abstract - The old botanic garden is very important for the advancement of science and culture. In Indonesia, the botanic garden is an ex-situ plants conservation. Purwodadi Botanic Garden plays its role on conservation, research, education and ecotourism. The main characteristics of a botanic garden is the plants collection and documentation with the support collection such as seed collection and herbarium. The seed collection are responsible for handling the management of garden seed materials. Materials from the seed collection have specific characteristics and unique. The seeds stored in seed museum and seed bank. The seed museum contains a collection of seeds are preserved for exhibition purposes as well as for identification of seed diversity, while the seed bank functions as a support for ex-situ conservation as complementary, supplementary and active collection. Along with the development of technology, the seed collection is not on manual systems, but also computerized, for more systematic and regular. Therefore it can improve the seed management and reliable information as the basis for the seed conservation. In this paper the seed conservation in Purwodadi Botanic Garden through technical management to basic research will be discussed.

Index Terms: conservation, seed, Purwodadi Botanic Garden

Selasa, 25 Maret 2014

KTI 13-03 Arec

Studi Penyebaran Corypha utan Lamk pada Spesimen Herbarium Bogoriensis dan Kawasan Konservasi di Jawa Timur

Abstrak - Jenis tanaman palem telah digunakan secara luas, sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga, kerajinan, sumber pangan, minyak, energi, tanaman obat, tanaman hias dan tanaman konservasi lingkungan. Salah satu jenis palem yang khas dan unik adalah Corypha. Palem (Arecaceae) di Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi sehingga upaya konservasi perlu dilakukan. Kebun Raya Purwodadi sebagai lembaga konservasi ex-situ memiliki koleksi palem 358 spesimen dari 93 jenis, diantaranya Corypha. Seperti jenis palem umumnya Corypha juga memiliki banyak kegunaan, sehingga dapat diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Mengingat Corypha memiliki pertumbuhan yang lambat dan regenerasinya hanya bergantung dari biji dengan tipe tumbuhan yang sekali berbunga-berbuah kemudian mati (hepaksantik). Maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebaran Corypha berdasarkan pada spesimen di Herbarium Bogoriensis (BO) dan pada salah satu kawasan konservasi, sebagai contoh dipilih TN. Baluran dan CA. Sempu (untuk kawasan konservasi in-situ) serta Kebun Raya Purwodadi (untuk kawasan konservasi ex-situ). Penelitian dilakukan secara deskritif berdasarkan literatur pustaka, studi spesimen di herbarium dan pengamatan langsung di lapangan. Tercatat 85 spesimen herbarium Corypha dengan C. utan terbanyak (57)dan dominan tersebar di Jawa.  Di TN Baluran tercatat 187 titik sebaran C. utan pada 4 jalur (batangan-bekol, bekol-bama, sumber manting dan curah udang). Di CA Sempu tercatat 32 titik sebaran C. utan pada jalur Waru-waru sampai Telaga Lele. Sedangkan Kebun Raya Purwodadi haya memiliki 2 tanaman (koleksi hidup) C. umbraculifera dan C. utan yang sudah berumur 55 tahun dan 1 spesimen (koleksi herbarium) C. umbraculifera. Sehingga diperlukan upaya konservasi terutama C. utan baik secara insitu atau exsitu maupun gabungan dari keduanya.

Kata Kunci: Penyebaran, Corypha, Herbarium Bogoriensis, Kebun Raya Purwodadi, TN Baluran, CA. Sempu.

Senin, 24 Maret 2014

KTI 13-02 Fito

Kajian Rhizobakteria Pada Vetiveria zizanioides Nash Dalam Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat

Abstrak - Aktivitas pertambangan, percetakan dan agroindustri  mengakibatkan  jumlah logam berat di alam menjadi lebih besar dibanding jumlahnya secara alamiah, sehingga konsentrasinya melebihi ambang batas. Konsentrasi tersebut mengakibatkan dampak negatif pada manusia maupun organisme lainnya. Fitoremediasi merupakan “green technology” untuk menghilangkan polutan di lingkungan termasuk logam berat. Vetiveria zizanioides Nash memiliki perakaran yang kuat dan tahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Sehingga sering digunakan sebagai fitoremediator, meskipun jenis ini bukan termasuk tumbuhan hiperakumulator. Fitoremediasi tidak hanya melibatkan tumbuhan, namun juga melibatkan bakteri yang berasosiasi dengan akar tumbuhan, yang disebut rhizobakteria. Rhizobakteria menghasilkan enzim ACC deaminase, IAA dan siderophore, sehingga dapat meningkatkan absorbsi logam berat serta meningkatkan pertumbuhan akar dan tunas vetiver. Jadi proses fitoremediasi dapat berlangsung lebih efektif dengan adanya rhizobakteria.

Kata kunci: Fitoremediasi, Logam berat, Vetiveria zizanioides Nash, Rhizobakteria

Minggu, 23 Maret 2014

KTI 13-01 Biji

Pengembangan Laboratorium Biji Kebun Raya Purwodadi melalui  Studi Pengelolaan Pada Instansi Penelitian Terkait

Abstrak - Kebun raya merupakan kawasan konservasi tumbuhan ex-situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Dimana karakteristik utama suatu kebun raya adalah koleksi tanaman dengan koleksi biji dan herbarium beserta dokumentasinya. Salah satu kebun raya di Indonesia adalah Kebun Raya Purwodadi yang memiliki koleksi tanaman 1.896 jenis dari 174 suku, dengan kekhasan tanaman dataran rendah kering. Dalam upaya konservasi tanaman koleksi, terdapat unit Koleksi Biji yang bertugas melakukan pengelolaan material biji. Pada tahun 2009 unit Koleksi Biji berusaha mengembangkan laboratorium biji untuk pengujian dan penelitian konservasi biji. Dalam makalah ini menguraikan tentang upaya awal pengembangan laboratorium biji melalui studi pengelolaan biji/benih dengan kunjungan lapangan pada enam instansi penelitian yang terkait. Enam instansi penelitian terkait adalah Balitkabi Malang, Balittas Malang, Balitjestro Batu, BPTP Jatim, BPTPTH Bogor dan Materia Medica Batu. Dalam studi tersebut, setiap instansi memiliki sarana, prasarana, pedoman, panduan dan standar pengelolaan biji/benih yang berbeda sesuai dengan visi, misi dan tugas pokok masing-masing instansi. Namun beberapa hal yang mendasar dapat diambil sebagai upaya dalam mengembangkan laboratorium biji Kebun Raya Purwodadi adalah melengkapi sarana/prasarana yang memadai, tersedianya panduan/prosedur yang jelas dan kemampuan tenaga teknis yang meningkat.
Kata kunci: Studi Pengelolaan, Laboratorium, Biji/Benih, Kebun Raya Purwodadi