Minggu, 20 April 2014

KTI 13-10 Fito

Kajian Pemanfaatan Makrofita Untuk Pengolahan Limbah Cair Domestik

Abstrak - Pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di perkotaan mengakibatkan peningkatan aktivitas di berbagai sektor, baik sektor industri, perumahan, perdagangan, dan sektor lainnya. Hal ini diiringi oleh peningkatan jumlah limbah cair yang dihasilkan sehingga menuntut adanya pengolahan limbah cair yang lebih baik. Limbah cair yang dominan masuk dalam badan air/sungai adalah limbah cair domestik. Sekitar 75% bagian dari limbah cair domestik adalah grey water. Sedangkan pengolahan limbah cair domestik (grey water) saat ini belum dilakukan secara optimal. Limbah cair domestik memiliki kandungan organik yang tinggi. Apabila limbah cair tidak dikelola secara baik akan menimbulkan gangguan terhadap lingkungan, kesehatan dan kehidupan, baik manusia dan organisme yang ada didalamnya. Teknologi pengolahan limbah cair secara biologis dengan memusatkan peran tumbuhan dikenal dengan Fitoteknologi. Penggunaan makrofita (tumbuhan air) dalam lahan basah (wetland) merupakan alternatif dalam pengolahan limbah cair domestik. Sehingga pemanfaatan makrofita untuk menyisihkan kandungan pada limbah cair domestik dengan sistem Constructed Wetland sangat tepat, karena pengoperasian dan penerapannya tidak membutuhkan biaya tinggi, mudah dan sederhana. Sistem ini disebut juga Greywater Garden yang memanfaatkan simbiosis mikroorganisme dengan tumbuhan. Hanya beberapa jenis makrofita yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair, seperti: Eichornia crassipes, Salvinia molesta, Pistia stratiotes, Canna edulis, dan Typha longifolia. Dimana eceng gondok yang paling sering digunakan karena memiliki pertumbuhan yang cepat dan efisiensi removal yang tinggi, sehingga banyak penelitian dalam optimalisasi pemanfaatannya. Namun mengingat kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia, dengan daerah lahan basah alami yang spesifik dan beragam. Sehingga tidak menutup kemungkinan banyak jenis makrofita yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai keanekaragaman jenis makrofita yang digunakan dalam 42 penelitian, dimana hanya 5 jenis yang sering dipakai. Sedangkan terdapat 400 jenis dalam teknologi fitoremedasi, dimana baru 15 jenis lain diantaranya merupakan koleksi Kebun Raya Purwodadi. Sehingga masih banyak lagi keanekaragaman jenis makrofita di alam yang belum diketahui dan dimanfaatkan potensinya sebagai pengolah limbah.
Kata Kunci: Pemafaatan, Makrofita, Constructed Wetland, Limbah Cair Domestik.

Jumat, 18 April 2014

KTI 13-09 Fito

Pemetaan Sumber Ekotoksikologi dan Potensi Fitostruktur di Kecamatan Gubeng Kota Surabaya

Abstrak - Manusia merupakan bagian dari alam dan berinteraksi dengan lingkungan alam sepanjang hidupnya. Seiring dengan peningkatan populasi dan aktivitas manusia menyebabkan lingkungan alam tidak mampu melakukan self-purification sehingga terjadilah pencemaran. Pencemaran udara, air, dan tanah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang tidak dapat dihindari Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang semakin padat penduduk. Kecamatan Gubeng merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kota Surabaya. Aktivitas masyarakat dalam wilayah tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran yang bersifat toksik terhadap lingkungan. Sehingga dapat merugikan dan mengancam kesehatan masyarakat disamping merusak lingkungan dan menganggu ekosistem alami. Kajian ekotoksikologi melihat efek negatif, mencakup kinetika zat dalam lingkungan dan dinamika zat dalam makhluk hidup. Sedangkan fitostruktur menempatkan tumbuhan sebagai pembentuk struktur ekosistem wilayah, yang meninjau luas dan sebaran ruang terbuka hijau sebagai penyerap pencemar hasil aktivitas manusia. Makalah ini bertujuan melakukan pemetaan sumber ekotoksikologi di Kec Gubeng Kota Surabaya dan peran fitostruktur yang terdapat di wilayah tersebut sebagai upaya pemulihan (recovery) lingkungan terhadap pencemaran yang bersumber dari udara, air dan tanah. Sumber ekotoksikologi dipetakan sebagai berikut: pencemaran udara bersumber dari kendaraan yang terkonsentrasi pada 5 titik jalan arteri, pencemaran air bersumber dari buangan domestik yang berakhir pada 5 sungai, dan pencemaran tanah yang cederung di tempat dan bersumber dari resapan tangki septic pemukiman. Dari hasil pengamatan tercatat 14 sumber pencemar di Kec. Gubeng dengan analisa paparan konsentrasi zat pencemar di suatu wilayah mengunakan model RLTEC. Sedangkan pemetaan fitostruktur berupa RTH di Kec. Gubeng terdapat 8 titik lokasi, yang berupa taman kota, taman makam dan jalur hijau pada tepi jalan dan sepadan sungai.
Kata Kunci: Pemataan, Ekotoksikologi, Fitostruktur, Kec. Gubeng, Surabaya.

Sabtu, 05 April 2014

KTI 13-08 Fito

Pemetaan Hidrofita dan Potensi Fitoremediator Koleksi Kebun Raya Purwodadi

Abstrak - Kebun Raya Purwodadi sebagai lembaga konservasi ex-situ dengan koleksi tumbuhan yang terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasinya, dengan tujuan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Saat ini Kebun Raya Purwodadi memiliki koleksi sejumlah 11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan 175 suku. Salah satu tumbuhan koleksi yang menarik adalah hidrofita. Hidrofita / tumbuhan air ini dikenal sebagai tanaman hias karena bentuk, warna daun maupun bunganya yang indah, dan pengisi elemen dalam tatanan kolam taman. Selain memiliki nilai estetika, hidrofita juga memiliki kemampuan dalam memulihkan lingkungan. Upaya menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan memusatkan peran tumbuhan dalam kerangka teknologi disebut Fitoteknologi. Sedangkan proses yang dilakukan tumbuhan dalam menyerap, mengambil, dan mengubah zat kontaminan menjadi berkurang kadarnya, atau menjadi tidak berbahaya, bahkan menjadi bahan yang dapat digunakan kembali oleh tumbuhan disebut fitoremediasi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memetakan koleksi hidrofita di Kebun Raya Purwodadi dan menjelaskan potensi setiap jenis hidrofita tersebut sebagai fitoremediator. Tercatat 15 jenis hidrofita koleksi Kebun Raya Purwodadi, yaitu: Acanthus ilicifolius, Acanthus montanus, Acorus calamus, Ceratopteris thalictroides, Cyperus papyrus, Echinodorus radicans, Ipomoea aquatica, Lasia spinosa, Nelumbo nucifera, Neptunia plena, Nymphaea sp., Oryza minuta, Sagittaria lancifolia, Thalia geniculata, Typha angustifolia, dan Coix lacryma-jobi. Hidrofita tersebut terpetakan pada 5 vak, yaitu: I.D.I, II.A.I, III.B, XII.G, XIV.G, dan XXV.B.

Kata Kunci: Pemetaan, Hidrofita, Fitoremediator, Kebun Raya Purwodadi. 

Kamis, 03 April 2014

KTI 13-07 Fito

Kajian Hutan Kota dan Kecukupan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Kota Surabaya

Abstrak - Surabaya sebagai kota metropolitan, dan merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur serta kota terbesar kedua di Indonesia, yang memiliki perkembangan pembangunan sangat pesat. Hal ini harus diimbangi dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Sehingga pemerintah kota Surabaya perlu berperan dalam penataan ruang dan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan. Ditambah lagi pertumbuhan penduduk kota beserta segala aktivitasnya, sangat berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan lahan. Dimana ketersediaan lahan kota tidak pernah bertambah. Sehingga keberadaan Hutan Kota sebagai paru-paru kota memang sangat dibutuhkan sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH)  yang memiliki manfaat penting bagi kelangsungan kota. Sesuai dengan UU 26/2007 bahwa luas RTH yang ideal paling sedikit 30% dari luas wilayah. Dimana RTH Kota Surabaya saat ini masih belum mencukupi. Ketidakcukupan RTH tersebut menghasilkan permasalahan lingkungan maupun sosial. Mengingat fungsi dan manfaat RTH tersebut dalam memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan kualitas lingkungan yang baik, maka penelitian ini menarik untuk dilakukan. Dalam makalah ini berisi kajian hutan kota dan kecukupan RTH di kota Surabaya, dengan salah satu contoh hutan kota ITS.
Kata Kunci: Hutan Kota, Ruang Terbuka Hijau, Kota Surabaya. 

Selasa, 01 April 2014

KTI 13-06 Arec

Penyebaran Nipah (Nypa fruticans) dan Potensinya di Kawasan Mangrove Wonorejo Surabaya

Abstrak - Nipah adalah sebutan umum untuk jenis palem (Nypa fruticans) yang hidup pada ekosistem mangrove. Mangrove adalah tipe ekosistem yang khas dan terdapat di daerah pantai tempat pertemuan muara daratan dan lautan. Nypa fruticans termasuk dalam suku Arecaceae (palem). Tumbuhan Arecaceae selain memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi di Indonesia, juga memiliki berbagai potensi yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebun raya sebagai lembaga konservasi tumbuhan ex-situ memiliki koleksi Arecaceae. Hasil inventarisasi jenis Arecaceae yang telah dikoleksi Kebun Raya Indonesia (Bogor, Cibodas, Purwodadi dan Bali) tercatat sebanyak 520 jenis, 446 marga dan 2140 spesimen yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Namun jika dilihat koleksi Nypa fruticans hanya berada di Kebun Raya Bogor. Oleh karena itu diperlukan studi awal jenis Nipah yang diharapkan dapat menambah koleksi Arecaceae di Kebun Raya Purwodadi. Sehingga studi penyebaran Nipah (Nypa fruticans) yang ada di kawasan mangrove Wonorejo Surabaya perlu dilakukan. Kawasan mangrove Wonorejo terletak di Pantai Timur Surabaya dan merupakan daerah ekowisata. Namun, data dan informasi yang terkait dengan keanekaragaman hayati masih sangat terbatas, salah satunya tumbuhan Nipah. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif deskriptif selama November 2012. Hasil tercatat hanya 10 titik sebaran Nypa fruticans pada kawasan mangrove Wonorejo seluas 224 ha, dikarenakan sebagian besar berupa lahan tambak. Nipah seharusnya dijumpai pada zonasi terakhir dari vegetasi mangrove, namun karena kawasan mangrove Wonorejo telah terfragmentasi maka dijumpai pada sepanjang tepi sungai yang bermuara ke laut, dengan jumlah sedikit dan kisaran jarak pada 1-4 km dari laut (1-20 m.dpl). Selain itu Nipah juga diketahui sebagai pemanis, bahan makanan dan minuman, serta berpotensi sebagai bahan bakar dan bahan kimia.

Kata Kunci: Nipah, Nypa fruticans, Mangrove Wonorejo - Surabaya.