Senin, 22 Januari 2024

Welcome 2024

Alhamdulillah...waktunya berbuka

 

Di penghujung tahun 2023 lalu tentunya kita sudah memanfaatkan waktu untuk bermuhasabah. Muhasabah dalam bahasa Arab berasal dari akar kata hasaba-yahsubu-hisaaban yang artinya menghitung. Muhasabah dapat dimaknai dengan usaha seseorang untuk menghitung, mengevaluasi, dan merenungkan hal-hal baik serta buruk yang telah, sedang, dan akan dilakukan . Dari bermuhasabah, seorang muslim dapat mengetahui kekurangan, sehingga dapat melakukan perbaikan dan peningkatan ketakwaan dan ibadah kepada Allah. Lebih sederhananya, di tahun 2024 ini, harus dapat mengisi dengan perbuatan-perbuatan yang lebih baik, lebih diridhoi Allah dan lebih banyak dari tahun sebelumnya.

 

Spirit tahun baru seharusnya tidak hanya digunakan untuk pesta atau hura-hura. Jauh lebih penting dari semua itu adalah tumbuhnya semangat baru untuk semakin meningkatkan kualitas ibadah dan kebajikan, sebab orang muslim sejati adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits:

 

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya: "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)." - (HR Al-Hakim)

 

Hadits ini memberikan pengertian perihal pentingnya meningkatkan semangat baru dalam menjalani hari-hari yang baru, termasuk juga dengan tahun baru. Jika hari tahun baru ini lebih baik dari hari dan tahun sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang beruntung. Jika sama, maka sungguh hanya kerugian yang ia dapatkan. Dan, jika lebih buruk, maka akan menjadi hari dan tahun yang dilaknat karena tidak bisa mengambil manfaat dan keberkahan di dalamnya.

 

Detik demi detik, menit, jam, hari, dan bulan demi bulan telah kita lewati. Peristiwa maupun perbuatan selama ini yang telah kita lewati dengan segala cerita yang tidak akan bisa diubah kembali. Apakah itu perbuatan baik maupun buruk semua telah terlewat.

 

Lalu apa yang harus kita perbuat ke depan? Jika amal kita di masa lalu merupakan amal yang baik, maka pertahankan dan lestarikan di hari-hari ke depan, tahun yang baru. Jangan sampai kebaikan yang telah kita lakukan justru hilang dan diganti dengan keburukan. Karena ini merupakan sejelek-jeleknya perkara. Nauzubillah.

 

Lebih baik lagi, jika kebaikan yang kita lakukan bisa kita ajarkan, kita tularkan kepada orang lain, baik keluarga, tetangga, dan masyarakat secara luas, sehingga apa yang telah kita nikmati, buah dari kebaikan bisa juga dirasakan dan dinikmati oleh orang lain. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW Khairunnas anfa'ahum linnas:

 

خير الناس انفعهم لناس

Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

 

Kebermanfaatan kebaikan ini mari kita niatkan sebagai amalan jariyah. Rasululah SAW memberikan pelajaran tentang perlunya manusia mencari amal yang berkualitas, kekal dan bermanfaat baik selama didunia maupun setelah meninggal dunia. Kualitas amal ini tidak terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggal dunia, selama amalnya masih dimanfaatkan oleh manusia.

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim).


Hadist diatas menerangkan ada tiga amalan yang kekal, salah satunya adalah ilmu. Jadi apabila kita memiliki kemampuan menulis dan bisa menulis sebuah buku, lalu dengan buku itu bisa dipelajari dan dimanfaatkan orang lain, ini sama saja dengan ilmu jariyah.


Demikian catatan hari ini, next saya akan coba berbagi mengenai PRq sebagai media keseimbangan antara IPTEK & IMTAQ semoga menjadi sarana wasilah kita dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta dan mengarahkan tujuan utama keberadaan manusia dimuka bumi ini sebagai hamba Allah dan wakilNYA yang rahmatan lil alami.