Senin, 28 Desember 2020

Eksplorasi Biji Wetland

Latarbelakang

Indonesia dengan kepulauan yang hampir 17.508 pulau sangat mendukung berbagai tipe ekosistem alami, dari hutan dataran rendah, hutan mangrove, padang rumput sampai hutan pegunungan (Steenis, 1957). Meskipun Indonesia hanya 1,3% luasan di bumi, namun memiliki lebih dari 10% tumbuhan di bumi (Jacobs, 1974). Sehingga Indonesia merupakan negara dengan kekayaan biodiversitas tertinggi di dunia (Anonimus, 1995). Namun keanekaragaman tumbuhan yang tinggi tersebut, hanya sebagian kecil yang diketahui dan termanfaatkan.


Sementara jumlah penurunan populasi maupun jenis tumbuhan terus bertambah dari waktu ke waktu. Keanekaragaman tumbuhan yang mendukung ekosistem hutan di Indonesia tersebut, terancam dengan perkembangan ekonomi (Sukardjo, 2006). Ancaman terhadap kelestarian tumbuhan terus berlangsung, seperti kerusakan hutan, deforestasi, alih guna lahan, bencana alam dan sebab lainnya sehingga banyak jenis tumbuhan terancam punah. Ditambah lagi dengan upaya pembangunan, pertambangan, industrialisasi dan aktivitas manusia yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, menimbulkan dampak peningkatan berbagai jenis pencemar, yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan alam dan makhluk hidup disekitar, bahkan dapat menganggu kesehatan manusia.

Penyelesaian permasalahan pencemaran lingkungan dapat dilakukan dengan upaya fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan bagian dari konsep teknologi alami yang memusatkan peran tumbuhan sebagai solusi permasalahan lingkungan, atau dikenal Fitoteknologi (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010). Fitoremediasi dapat mengunakan tumbuhan wetland sebagai pengolahan pencemaran / limbah. Secara ekologis tumbuhan wetland, akuatik dan riparian bermanfaat cukup tinggi. Namun kebanyakan orang masih belum menyadari keberadaan tumbuhan tersebuut di habitat alaminya.


Kebun raya merupakan kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan (Perpres 93/2011). Sebagian besar koleksi tumbuhan kebun raya diperoleh dari hasil eksplorasi ke berbagai tempat di Indonesia.

Kebun Raya Purwodadi (KRP) sebagai salah satu lembaga konservasi tumbuhan ex-situ di Indonesia, tidak diragukan lagi merupakan pilar penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari kepunahan. Tumbuhan yang sudah ditanam dan menjadi koleksi KRP akan dikelola, didata dan dimanfaatkan untuk tujuan konservasi, penelitian dan pendidikan. KRP tidak semata tempat konservasi tumbuhan, namun juga sebagai objek pendidikan lingkungan, peranan ini menjadi populer karena pengunjung dapat menikmati langsung keindahan kebun raya sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan tentang tumbuhan serta potensinya.

Salah satu target utama dalam strategi global untuk konservasi tumbuhan / Global Stategic Plant Conservation (GSPC) adalah terpelajari dan terdokumentasinya diversitas tumbuhan khususnya pada habitat-habitat terancam yang menjadi prioritas. Oleh karena itu, inventarisasi dan dokumentasi keanekaragaman tumbuhan menjadi penting dilakukan karena berlomba dengan laju degradasi yang sangat cepat dari berbagai tekanan lingkungan. Salah satu upaya konservasi Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi – LIPI adalah melaksanakan kegiatan eksplorasi terhadap jenis-jenis tumbuhan yang berada di sepanjang Sungai Brantas Jawa Timur.


Sungai Brantas merupakan wilayah sungai terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak pada 110°30' BT sampai 112°55' BT dan 7°01' LS sampai 8°15' LS. Sungai Brantas mempunyai panjang ± 320 km dan memiliki luas wilayah sungai ± 14.103 km2 yang mencakup ± 25% luas Propinsi Jawa Timur atau ± 9% luas Pulau Jawa. Sungai Brantas melintasi 11 wilayah kabupaten dan 4 wilayah kota. Aliran Sungai Brantas berhulu di Sumber Brantas, kawasan lereng Gunung Arjuno-Wilerang. Kemudian aliran air mengalir melintasi Batu, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto. Ketika melintasi Kabupaten Mojokerto, aliran Sungai Brantas terbagi menjadi dua yaitu menjadi Sungai Surabaya mengarah ke Surabaya dan Sungai Porong menuju ke Sidoarjo (Pamungkas, dkk. 2018).

Keberadaan Sungai Brantas diakui sangat vital oleh masyarakat Jawa Timur. Pemanfaatan SDA untuk berbagai keperluan. Namun Sungai Brantas saat ini merupakan salah satu sungai di Indonesia yang mengalami pencemaran, baik yang dihilir Surabaya maupun yang dihulu Malang. Penurunan kualitas air sungai, salah satunya akibat limbah domestik. Sebab sekitar 15,6 juta jiwa atau 42,8% dari penduduk Jawa Timur tinggal di Wilayah Sungai Brantas (Sujono, 2019).

Sungai tak terpisahkan dengan gunung, hutan dan daratan yang lebih luas, tangkapan air hujan dan pemasok mata air, rembesan dan aliran. Degradasi area dan pencemaran sungai adalah ancaman besar terhadap ekologi dan ekosistem. Keanekaragaman hayati di hutan bergantung pada area wetland, riparian dan akuatik. Area wetland (lahan basah), riparian (tepi sungai), dan akuatik (perairan) merupakan sistem yang terkait dengan berbagai jasa ekosistem yang berharga bagi manusia dan memberikan manfaat kesejahteraan bagi manusia, termasuk rekreasi dan keindahan bentang alam.


Zona riparian adalah salah satu elemen lanskap yang paling beragam dan menawarkan jasa unik; dimana habitatnya menyimpan keanekaragaman hayati tumbuhan dan hewan dari semua ekosistem darat. Daerah wetland memberikan manfaat serupa, seperti habitat penting bagi banyak spesies khusus dan asli serta satwa liar, menyediakan tempat persinggahan, tempat makan, dan perkembang-biakan. Lahan basah juga berkontribusi pada pengendalian banjir, stabilisasi tepian, dan peningkatan kualitas air. Sistem akuatik, memberikan ekologi penting dan hubungan hidrologi, mendukung berbagai kehidupan satwa liar dan biota air, memelihara sumber air minum, dan menyediakan air irigasi.

Daerah akuatik, riparian dan wetland merupakan daerah yang terdampak langsung pembangunan dan aktivitas manusia, seperti alih fungsi, kanalisasi, perubahan ke lahan pertanian, urbanisasi, peternakan, pembangunan jalan, pembuatan bendungan, pengambilan air tanah, pengembangan tempat rekreasi, pertambangan, penebangan hutan, kebutuhan kayu bakar, dan pertumbuhan spesies invasif.

Dengan menjaga atau memelihara daerah wetland, riparian dan habitat akuatik dapat memulihkan keanekaragaman spesies; yang memungkinkan pemanfaatan oleh manusia secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian diatas, dalam proposal ini kami merencanakan kegiatan  eksplorasi dan konservasi biji tumbuhan wetland, akuatik dan riparian berpotensi memperbaiki lingungan di Sungai Brantas Jawa Timur.

 

Rumusan Masalah

Indonesia memiliki berbagai tipe ekosistem alami dengan kekayaan kenekaragaman hayati tertinggi di dunia. Keanekaragaman hayati di hutan bergantung pada area wetland, riparian dan akuatik, terutama pada wilayah aliran sungai. Wilayah Sungai Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional dan berperan sangat vital oleh masyarakat Jawa Timur. Penurunan ketersediaan air, degradasi area  dan peningkatan pencemaran sungai adalah ancaman besar terhadap ekologi dan ekosistem yang berharga bagi kehidupan manusia.


Kebun Raya Purwodadi saat ini memiliki koleksi tumbuhan sejumlah 11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan 175 suku (Lestarini, dkk. 2012). Pada umumnya tumbuhan terestrial dan hanya sedikit koleksi tumbuhan akuatik. Menurut Irawanto (2009) ditemukan 34 jenis tumbuhan akuatik di KRP, dengan 15 jenis diantaranya koleksi.


Oleh karena itu pencarian keanekaragaman tumbuhan wetland, akuatik dan riparian di sepanjang Sungai Brantas Jawa Timur, perlu dilakukan. Sehingga jenis-jenis yang ditemukan dapat menambah jumlah koleksi tumbuhan di Kebun Raya Purwodadi.


 

Tujuan Kegiatan

Kegiatan eksplorasi ini bertujuan melakukan inventarisasi jenis-jenis tumbuhan disepanjang Sungai Brantas Jawa Timur. Kemudian melakukan pengkoleksian biji dan bibit tumbuhan wetland, akuatik dan riparian yang ditemukan untuk menambah keanekaragaman koleksi tumbuhan di Kebun Raya Purwodadi - LIPI.