Assalamualaikum wr wb
Hallo... semuanya, Pada kesempatan ini saya coba berbagi, hasil penelitian tesis saya yang telah dipublikasikan sebagai artikel ilmiah menjadi artikel populer,
Sumber Artikel ini dapat diakses pada laman berikut
Sumber utama berupa tesis yang dapat diakses pada repository ITS
Dan telah disampaikan dalam Seminar Nasional Konservasi & Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Juga telah dipublikasi di Jurnal Purifikasi oleh TL - ITS kolaborasi dengan IATPI Jatim
Tumbuhan akuatik atau biasa disebut tumbuhan air (hidrofit) adalah tumbuhan yang telah menyesuaikan diri untuk hidup pada lingkungan perairan, baik terbenam sebagian atau seluruh tubuhnya. Tumbuhan ini sudah dikenal masyarakat sebagai tanaman hias dalam kolam/taman air karena bentuk, warna daun atuaupun bunga yang indah. Selain bernilai estetik, tumbuhan akuatik memiliki nilai ekologi yang tinggi, salah satunya dalam fitoteknologi dalam penerapan metode fitoforensik dan fitoekstraksi.
Fitoteknologi sendiri adalah memanfaatkan tanaman untuk pemulihan kualitas tanah dengan metode fitoforensik yang digunakan untuk mengetahui keberadaan zat pencemar dalam tumbuhan dan menentukan waktu kejadian zat pencemar terjadi. Pendekatan fitoforensik digunakan dalam melacak waktu kejadian dan target spesifik suatu pencemar masuk dalam tumbuhan. Sedangkan fitoekstraksi, apabila tumbuhan mampu mengakumulasi unsur logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuknya, sehingga bersifat hiperakumulator. Logam berat diserap oleh akar tumbuhan dan disebar ke bagian tumbuhan untuk diolah kembali atau dibuang saat dipanen.
Pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan mengakibatkan peningkatan aktivitas di berbagai sektor, baik sektor industri, pemukiman, pertanian, dan sektor lainnya. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di berbagai sektor kehidupan seringkali menghasilkan limbah bahan pencemar yang dapat menganggu dan membahayakan lingkungan. Pencemaran logam berat mendapat perhatian yang serius, karena bila terserap kedalam tubuh manusia dapat mengganggu kesehatan bahkan terjadi kematian. Logam berat yang dimaksud dan tidak dibutuhkan oleh makhluk hidup karena bersifat toksik adalah Pb (timbal) dan Cd (kadmium).
Penelitian ini berfokus pada tumbuhan jeruju (Acanthus ilicifolius) dan jali (Coix lacrymajobi) untuk diuji apakah mengandung logam berat (Pb dan Cd), jika iya, maka bagian tubuh tumbuhan mana yang tercemar, berapa lama waktu pencemaran dan menentukan metode apa yang lebih mudah dan murah, meskipun tumbuhan ini dikenal dengan tumbuhan liar diluar sana. Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan di Kebun Raya Purwodadi – LIPI dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium SILFI (Sanitas Lingkungan dan Fitoteknologi) Jurusan Teknik Lingkungan – ITS dan Laboratorium Pusat Studi PPLH (Pemukiman, Prasarana, dan Lingkungan Hidup) LPPM – ITS dengan penelitian bersifat eksperimental.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kedua tumbuhan akuatik tersebut mampu menyerap logam berat (Pb dan Cd) dan menyebar ke bagian tubuh tumbuhan dari akar hingga ke daun. Logam berat dapat menyebabkan pengaruh negatif pada klorofil karena sebagian besar diakumulasi oleh organ tumbuhan, yaitu daun, batang, dan akar, sehingga secara morfologi terjadinya hambatan pertumbuhan dilihat dari perubahan warna daun. Hal ini menyebabkan penurunan pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan, meskipun dengan paparan logam Pb dan Cd, tumbuhan masih dapat tumbuh namun secara otomatis menghambat pertumbuhan, dengan penurunan berat tumbuhan. Namun untuk paparan Cd hambatan pertumbuhannya lebih terlihat dibandingkan pada paparan Pb. Bagian tubuh tumbuhan yang menunjukan akumulasi logam terbesar adalah pada bagian akar, kemudian batang dan terkecil pada daun. Waktu yang dibutuhkan untuk melihat perubahan yang terjadi pada kedua tumbuhan tersebut berkisar antara 5 sampai 15 hari. Sedangkan metode yang digunakan: metode phytotoxicity yaitu metode OECD 208.
Pada metode fitoekstraksi, akumulasi logam Pb dan Cd terbesar di bagian akar untuk kedua tumbuhan akuatik (Acanthus ilicifolius dan Coix lacryma-jobi) dimana untuk Pb cenderung tetap bertambahnya waktu. Namun untuk Cd relatif mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu. Penyerapan logam oleh tumbuhan ditentukan oleh jenis tumbuhan, konsentrasi logam dalam media dan waktu kontak/paparan dengan logam. Faktor genetik dan jenis tumbuhan sangat menentukan dalam penyerapan logam pada zona perakaran dan akar / tajuk pada tingkat yang bervariasi. Penyerapan juga ditentukan oleh tipe jaringan tumbuhan dan perlakuan yang diberikan pada media tanah. Sehingga, kedua tumbuhan akuatik tersebut berpotensi sebagai tumbuhuhan hiperakumulator.
Semua Ini diharapan agar hasil riset / penelitian yang kita lakukan dapat lebih banyak diketahui, tidak hanya akademis/praktisi ataupun kalangan pendidikan namun bermanfaat bagi banyak orang/masyarakat pada semua kalangan secara umum.